Rabu, 16 April 2014

PERANG 5 HARI 5 MALAM DI PALEMBANG ( Bucu Inside Palembang dalam Memori)

#KILAS BALIK


November 2013 ketika sebuah komunitas yang mengatasnamakan Pecinta Sudut-sudut kota Palembang atau lebih di kenal dengan nama Bucu Inside Palembang (BIP) yang berbasis di jejaring sosial facebook melakukan diskusi ringan dalam markas Grupnya

Saya juga terjun langsung dalam diskusi ringan namun mengasikkan tersebut. Rafik Osman memulai postingannya yang merujuk kepada Perang 5 Hari di surabaya, yang katanya perang 5 hari 5 malam di palembang lebih mencekam di banding perang 5 hari di surabaya. Akhirnya dengan panjang lebar kami membahas perang ini. Andie Pedoo atau yang kerap di sapa Sultan BIP (Brengkes Iwak Pedoo) di desak oleh member-member BIP yang di kala itu masih memiliki 2000 member untuk mengadakan aksi mengenang kembali perjuangan Lettu Arivai cs pada peperangan 5H5M di Palembang.


Tepat pertengahan bulan November saya di tugaskan untuk membuat Poster dengan judul Parade dan Teatrikal Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang. Setelah poster ini saya buat, kami mengakui kamu butuh patner dibidang seni Peran. Kami akhirnya mengajak kerjasama Yayasan Tandipulau yang di ketuai oleh Budayawan Erwan Suryanegara.

Saya langsung menemui beliau, yang memang orangnya sangat mendukung pemuda-pemudi yang ingin kembali mengingat akan sejarah, terutama sejarah kotanya sendiri.

Kiai sapaan akrab Kak Erwan kami kenal ketika kami mengikuti seminar Sejarah Kerajaan Sriwijaya yang di gagas oleh Koran Tribune Sumsel. mulai dari sanalah kami akrab dengan beliau dan sering melakukan diskusi ringan di markasnya PDKS (Pusat Data dan Kajian Sriwijaya) di samping Museum SMB II. Akhirnya rapat pertama kami mulai di PDKS waktu itu. Dan membagi Peran masing-masing agar acara ini terlaksana dengan baik.

#PERSIAPAN 1 BULAN SETENGAH

Ketika itu saya di tugaskan sebagai Properti Art dari acara ini, bersama sahabat saya Dhenny Pratama kami mulai merangkai Properti yang akan menambah syahdu suasana peperangan. Namun tidak mudah seperti yang kami pikir. Sultan BIP dan rekan senior lainnya telah bekerja extra untuk mendapatkan dana dalam perang ini. Dari satu instasi ke instansi lainnya kami temui namun semua nihil bantuan.

Niat kami tulus demi sejarah, bidaya dan pariwisata kota yang kami cintai ini. Bahan pertama properti adalah Senjata, kami memutar otak bagaimana caranya agar bisa membuat senjata sebanyak 100 lebih. Akhirnya Bahan kayu kami dapatkan dari member BIP yang kami anggap paling senior di antara yang lain. Abah Ki Agus Syamsuddin kami menyebutnya. Beliau memberika kayu secara gratis kepada kami untuk di jadikan senjata dari kayu. 

Kayu ini kami bawa dari kediam abah di tanggo Buntung, dengan menggunakan motor jambrong milik Dhenny, langsung kami bawa ke PDKS untuk di poles dengan rapi.

keesokan harinya kami memulai untuk memotong satu demi satu kayu yang sudah di sesuaikan panjangnya. Keringat bercucuran, gergaji kecil ini jadi saksi semangat kami untuk memberikan karya spektakuler buat kota Palembang. Walau kami tahu banyak di antara orang2 yang berkuasa di kota ini meremehkan kami.

Bersama Dhenny, Gio, Even, Marwah, sultan BIP, dan teman-teman member BIP, juga teman-teman teater canang. kami memulai satu demi satu pembuatan senapan dari kayu ini. Walau NOL dana kami tetap satu tujuan dan satu semangat.

Untuk menambah megah acara tersebut kami membuat brikade menggunakan kardus bekas yang kami dapat dari salah satu member. Suhaimi atau yang kami kenal dengan nama Cag Apo Beh di FB nya membawa sekitar 20 kardus bekas tersebut. 

Lambat laun semua properti sederhana ini selesai kami buat. dan siap untuk di di gunakan pada latihan kedua, oh ya...latihan pertama kami sama sekali tidak menggunakan properti hahahha....menyedihkan sekali sobat. 

Untuk masalah kostum kami menggunakan kostum sendiri, untuk TNI tertinggi seperti Kapt Arivai dibuat sendiri oleh senior kami yang memerankannya Mang Kuswariansyah. untuk Rakyat mereka menggunakan kebaya dan selendang milik talent itu sendiri, peralatan sapu lidi, tampah, dan lain-lain mereka semua yang bawa. Mereka yang menjadi talent adalah Mahasiswa/i dan siswa/i sekaota palembang. Tanpa upah murini sukarela mengikuti ini. Sungguh kejam yah jika pemerintah masih tidak mau membantu Hiks..hiks..hiks..

#Persiapan Konsep dan Skenario Acara
Firman Satria pentolan dari teater canang ini kami tunjuk menjadi Sutradara Muda untuk pagelaran ini. Kami pernah melakukan Observasi langsung ke 5 titik yang akan jadi zona parade dan teatrikal. Saya, bersama teman2 lainnya, Firman, Wancik, Husni, Gio, Dhenny, Johan, Alan, Even dan Akbar berjalan kaki dari simpang caritas sampai ke Monpera. Membuat sketsa properti pertempuran dan alur masuk teatrikal, juga menghitung waktu yang di butuhkan agar tidak memakan waktu yang begitu lama.

Lelah namun kami tetap semangat dengan di iringi kelakar khas palembang. Perjalanan observasi kami akhiri dengan makan mi Tektek di BKB. Gila kalo saya pikir, tak ada dukungan pemerintah pun kami sanggup seperti ini.

#Sumbangan Pertama Dari Pembina BIP Bapak Hendri Zainuddin
Setelah melakukan latihan kedua yang sangat melelahkan, Bapak Hendri Zainuddin adalah orang pertama yang mewakili Pengusaha dan Pejabat daerah membantu kami. Pak HZ kami menyebutnya menyumbang dalam bentuk materi, Cetak Backdrop gratis di percetakannya. Bahkan beliau juga membantu dalam konsumsi seperti Air minum dan lain-lain. Dari sinilah bermunculan Sumbangan dari berbagai pihak, ada yang 100 ribu, bahkan 10 ribupun kami terima. Dari uang sedikit ini kami mulai setahap demi setahap membeli perlengkapan acara.

Dan hal yang paling mengejutkan Bapak Dodi Reza Alex juga menyumbang dana yang cukup besar, untuk kami. Dan yang paling heboh Bapak Sayidina Ali selaku Dispora Sumsel menyumbang senapan kayu sebanyak 40 senjata, Bentuknya lebih bagus dari yang kami bikin sendiri hahahha.

Di H-3 acara syukur Alhamdulillah Bapak Gubernur Sumatera Selatan H. Alex Noerdin juga memberikan sumbangan yang tak kalah besarnya. Sumbangan-sumbangan ini kami belikan beberapa properti lain seperti membeli kardus sampai 60 Kg lebih untuk di jadikan brikade. Membeli pakaian perang di pasar BJ cinde, membeli Accecoris pangkat di cinde, Menyewa pelataran Monpera, menyewa Sound sistem, dan tak kalah penting adalah Konsumsi hehhehe.

Kami juga membeli gun smoke agar teatrikal ini tampak hidup dengan adanya efek asap. Luar biasa kami sangat berterima kasih kepada semua yang sudah menyumbang. Kami Bangga dengan kalian para senior ku.

#Hari H Acara
Sabtu tanggal 4 januari 2014 kami berkumpul lagi di PDKS. kami menginap disana untuk besok melakukan aksi yang akan menggoncangkan kota tercinta ini. Deg degan, cemas, khawatir, capek, sedih bercampur aduk H-1 acara tersebut. Namun kami yakin acara akan sukses, dan berharap esok tidak hujan.

Jam sudah menujukan pukul 01.00 WIB, mata ku tak bisa terpejam, aku mengkroscek kembali properti yang akan di siapkan, sembari minum kopi dan merokok untuk menghilangkan stres. Oh ya sobat..aku juga yang mempersiapkan soaund efek untuk acara ini. Agar tampak lebih menegangkan aku menambahkan musik-musik penyemangat kemerdekaan di mix dengan suara trotoan senjata dan dentuman bom.

Pukul 4.00 WIB semua talent dan Crew di bangunkan. Suasana dingin diluar bertambah karena semalaman Hujan Rintik turun dikotaku. Pukul 6.00 semua sudah berkumpul di Simpang caritas, aku tepat berada diatas mobil Pick Up sambil memutar musik-musik kemerdekaan di laptop yang sudah di stel ke sound Sistem.

Cek Bittoh dan Mang Aan Ariadin sebagai pembawa acara mulai terdengar gemuruh suaranya mengajak masyarakat palembang untuk sama-sama menonton acara ini. Hadir juga dari kawan-kawan komunitas lainnya seperti Komunitas Sepeda Ontel, Supporter Singa Mania, Marching Band dari KODIM juga iktu andil, Komunitas Sriwijaya FB Community, WPAP CHAPTER Palembang, Himsis, dan ada juga keluarga korban Perang 5 Hari 5 Malam  yaitu dari keluarga Kapten Arivai. 

Kami memulai semuanya, mulai dari simpang charitas kami melakukan aksi ini. Ketika di depan Pasar Cinde begitu banyak yang menonton kami luar biasa, kawan-kawan wartawan pun juga ikut mengabadikan momen ini. warga juga ikut andil dalam acara ini. Mereka mengikuti kami dari charitas sampai di Monpera. Suasana meriah, saya tampak begitu lega ketika Nyanyian lagu Indonesia raya di Monpera mengakhiri semua rasa lelah selam 1 setengah bulan menggarap ini. bersama senior2 lainnya. Sultan BIP, Mang Anto, Abah, Mang Kus, Mang Aan, Kiai Erwan, Firman dan seluruh teman2 yang sudah membantu ikut berpesta sambil bernyanyi di iringi band. 

Begitu Bangganya kami dengan minimnya dana kami mampu menyelenggarakan acara ini. Sambutan masyarakat sangat positif, mereka tampak begitu terhibur, tak heran ketika umur saya 5 tahun selalu ada parade kemerdekaan di kota ini, namun hilang begitu saja sampai sekarang. Kegiatan ini kami lakukan untuk Mengajak kembali warga palembang mengenang sejarah Palembang. Dan membangunkan mereka yang duduk di Dunia Kepariwisataan untuk kreatif, Kami yang minim dana saja bisa kenapa mereka yang di support langusng dari pemerintah tidak mampu.

Berikut Foto-foto acara tersbut sobat :




















#Dokumentasi Video Kami




Hormat Saya Muhammad Ferdiansyah ( Ferdy Uchup Offair)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar