Sebagaimana Kuliah Tauhid, yang versi
lamanya dibukukan, materi “Undang Allah Saja”, sudah dibukukan juga. Dengan
judul yang sama. Namun – lagi-lagi -- karena saya masih kepengen banget
mengajar Saudara dengan judul yang sama, tapi dengan contoh-contoh dan
pembahasan yang berbeda, saya melanjutkan menulis tentang “Undang Allah Saja”,
dan saya tambahkan “bagian ke-II”.
Bagian ini tidak menunjukkan bahwa ini
sambungan atau lanjutan. Bukan. Ini hanya untuk menunjukkan berbeda saja. Jadi
buat peserta KuliahOnline lama yang belom menyelesaikan Kuliah Dasar “Undang
Allah Saja”, bisa membaca langsung bukunya. Versi cetaknya. Offline. Bisa pesan
lewat www.bukuyusufmansur.com , terus mengikuti langsung bagian ke-II ini. Dan
buat yang baru daftar, yang langsung ketemu Undang Allah Saja II di Kuliah
Dasar ini, silahkan juga membaca versi cetaknya tersebut, dan kemudian paralel
mengikuti kuliah ini. Mudah-mudahan menjadi tambahan keyakinan bahwa yang
dibutuhkan bener-bener hanya Allah.
Terima kasih ya...
***
Pengetahuan akan Allah, bahwa Allah Maha
Kaya, Maha Punya, Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Memberi, Maha Memenuhi, Maha
Mendengar, Maha Menjawab, pengaruh banget bagi kita untuk mengatakan: Cukuplah
Allah yang kami butuhkan, yang kami perlukan. Kami tidak akan pernah datang
kepada yang lain, dalam urusan meminta, perlu, butuh. Cukup banget-banget Allah
saja, ga perlu, ga butuh sama yang lain.
Namun karena ga kenal, maka kita
kemudian justru ga perlu ga butuh dan seperti ga kenal sama Allah. Kita datang
ke Allah, menjadi sangat normatif. Shalatnya seperti orang yang tidak takut,
tidak butuh, tidak perlu. Doanya juga begitu. Bila di depan orang kita bisa
fokus, mendengar, sopan, jaga adab, jaga kelakuan, bahkan berdehem pun kita
biasanya tahan, batuk pun tak dilepas, konsentrasi. Tapi di depan Allah kita
bisa bicara dengan-Nya sambil garuk-garuk! Dan batuk sekeras-kerasnya.
Pengetahuan akan Allah bahwa Allah yang
sudah memberi panca indera, Allah yang sudah memberi telinga kita, mata kita,
mulut kita, yang dengannya kita bisa mendengar, bisa melihat, bisa bicara, pun
insya Allah harusnya bukan saja membawa kita menjadi hamba-Nya yang takut dan
kemudian bersyukur. Tapi juga semakin yakin bahwa Allah itu Maha Memberi. Wong
kita ini ga pernah minta telinga yang nempel, mulut yang bisa terbuka, mata
yang bisa berkedip, tapi diberi Allah. Tanpa meminta loh. Artinya apa? Jika
Allah sanggup memberi apa yang tidak kita minta, kenapa kita ga yakin Allah
bisa memenuhi apa yang kita minta? Kiranya perjalanan doa kita barangkali
perjalanan doa dari yang ga yakin, ga sabar.Danya itu tadi, ga kenal sama Allah.
Giliran udah ketemu Allah, ga serius, ga sopan, ga beradab.
Ini semua insya Allah kembali diulas di
“Undang Allah Saja” bagian II.
Semua tema di KuliahOnline nafasnya
hampir sama. Benang merahnya; ‘Aqidah, Iman, Islam, Tauhid, Keyakinan, kepada Allah.
Selebihnya tentang fiqh, hukum-hukum, motivasi-motivasi, dan muamalah, hubungan
antarmanusia, dan dengan alam.
Semoga berkenan.
***
Di Mukaddimah ini saya kembali
mengingatkan diri saya, bahwa pengetahuan terhadap Allah, harus bener-bener
ditambah. Kalo engga, kita takutnya hanya sama manusia. Kalo dipanggil sama
bos, pimpinan, majikan, atasan, orang kaya, orang besar, wuaaaahhh cepet
dan sigap.
Dan seperti yang sudah saya katakan di
banyak tempat di KuliahOnline di www.wisatahati.com dan di mata kuliah ini juga di
segmen-segmen awal mukaddimah, GILIRAN BERHADAPAN DENGAN ALLAH, hilang semua
kesantunankita. Tiba-tiba kita menjadi tak mengapa kaosan, celana ga rapih,
baju ga rapih, bau. Mendadak jadi ga apa-apa juga garuk-garuk. Ada nyamuk, kita
tepok-tepok, he he he. Kalo perlu dikejar dengan tangan dan gerakan mata kita.
Sesuatu yang tidak bakalan terjadi bila sedang berhadapan dengan calon pemodal!
Kita pun karena ga kenal sama Allah,
cepet sekali kenal dan mengenali manusia; temen kita, sahabat kita, sodara
kita, orang tua kita, mertua kita. Radar di otak kita search nya
lebih ke mereka, lebih ke beliau-beliau. Tidak jarang terhadap orang yang
mustinya kita hormati, justru kita minta bantuan ke beliau-beliau seperti yang
sudah saya sebut; orang tua, mertua. Mestinya ngasih, malah minta, he he he.
Kita mampu tuh berdiri berlama-lama di
depan pintu orang kaya, untuk minta bantuan. Kita mampu mendatangi kawan kita
yang sukses, dan menghinakan diri kita, sebab disuruh menunggu, dan kita mau
menunggu! Sedang yang ditunggu? Sedang tidur, sedang istirahat. Dengan sopannya
kita katakan kepada pembantunya, “Ga apa-apa. Saya tunggu di sini aja. Jangan
ganggu beliau. Nanti saja kalau sudah bangun, baru beri tahu saya datang. Itu
pun kalo beliau keluar dari kamar. Kalo engga, ga apa-apa. Biar saya tunggu
saja.” Begitu kata kita dengan gaya yang sopan sekali, sambil tersenyum juga.
Sesuatu yang subhaanallaah ga bisa kita lakukan di depan Allah! Ini Allah
Datang, Allah Manggil, malah kita ga datang! Piye toh?
Kita mampu menyusun proposal yang baik,
mengikuti agenda rapat, mengenali yang habis jual tanah, yang habis jual rumah,
yang habis jual mobil, yang habis dapat arisan, yang habis dapat warisan, lalu
kita datang ke mereka. Sedang mereka belom tentu bisa membantu. Kalaupun
membantu, belum tentu full bantuannya mengcover semua kebutuhan dan keperluan
kita. Dan kalaupun turun bantuannya, seperti bank, belom tentu ga ada
kepentingannya. Bisa jadi justru kita yang jadi obyeknya. Sebab ada udang di
balik bakwan, he he he. Mereka hidup itu dengan memberi bantuan kepada kita.
Ada keuntungan yang tetap diambil oleh sebagian dari yang kita datangi, ga
tulus-tulus amat. Dan di kemudian hari, kita bisa ribut besar sama mereka dan
menjadi musuh yang luar biasa manakala kemudian pinjaman tak mampu kita
berikan.
Lalu lihat lagi kelakuan kita sama
Allah? Sama orang lain bisa tuh kita jaga komitmen pembayaran. Komitmen janji
untuk begini dan begitu sebagaimana yang mungkin tertuang di surat perjanjian.
Seraya berharap ada bantuannya di kemudian hari yang lebih besar lagi.
Tapi yaaaa ampuuuuuun sama Allah? Ga ada takutnya. Ga ada
manis-manisnya. Ga pernah kepikiran betul-betul untuk menjadi hamba-Nya yang
bersyukur. Ampun dah!
Saya pernah merasakan sakitnya ketika
perlu sama orang, butuh sama orang. Dan rasa sakit itu saya ga mau
saudara-saudara saya merasakan. Jangan sampe. Hanya Allah Yang Menjamu kita
sedari awal kita niat mendatangi-Nya. Hanya Allah yang menggelarkan buat kita
Rumah-Nya tanpa ruang tamu dan ruang tunggu. Kita bisa diterima langsung di
Masjid-Nya, di Rumah-Nya. Tanpa sekatan. Subhaanallaah.
Ah, tak sabar saya menunggu sesi pertama
nanti. Sampe ketemu ya. Saya jalan shubuhan dulu. Mau nyamperin Allah. Diundang
Allah di Masjid-Nya. Masjid Amirul Mukminin di pinggir Pantai Losari, keren
banget. Subhaanallaah. Semoga siapa yang membangunnya, memakmurkannya, dan yang
terlibat di pembangunannya dan pemakmurannya, diberikan Allah pahala sampe
yaumil hisaab nanti. Juga untuk semua masjid di seluruh penjuru alam.
Salam, dari Makassar saya berdoa untuk
Saudara semua dan semua urusan kita, dunia dan akhirat. Salam, Yusuf Mansur.
Jangan lupa…
Share tulisan ini ke sebanyak-banyaknya
orang dengan cara-caranya Saudara. Dorong pula mereka mendaftarkan diri
langsung nih Kuliah Online. Langsung jadi peserta KuliahOnline. Jadi Onliners,
begitu kami menyebutnya. Insya Allah lebih berkah, dan menjadi yang pertama
menshare dari file asalnya sendiri.
Khusus soal share men-share, Saudara
adalah istimewa. Pertama kali saya kirim materi-materi belajar adalah ke
Peserta Kuliah Online. Baik tulisannya maupun audio dan videonya. Saya
berharap, semua kemudian bergerak kopi mengkopi dan kirim mengirim kepada yang lainnya.
Ada yang bilang, “Wuah kalo gitu ga usah
ikutan KuliahOnline. Sebab bayar. Tunggu aja share dari yang lain”, gitu.
Sebagiannya bilang. “Ya, silahkan saja. Itu juga ada pahala dan kebaikannya
tersendiri. Namun, menjadi yang pertama kali men-share juga punya satu keunikan
mata rantai kebaikan tersendiri. Subhaanallaah.”
(+) Oalah, itunya bisa-bisanya Ustadz
Yusuf Mansur.
(-) He he he, ya terserah dah.
Khusus tentang bab share-menshare, atau
berbagi file dengan yang lain, berikut saya lampirkan catatan saya:
Silahkan Share Kuliah Ini…
Dengan cara yang cerdas,
sedikit-sedikit, dan dirawat.
Saya menyeru kepada semua peserta
KuliahOnline. Sesiapa yang mendapatkan ilmu, pengalaman, pencerahan, spirit,
motivasi dari sesi-sesi KuliahOnline ini, mudah-mudahan berkenan membagi lagi
kepada yang lain. Agar bertambah-tambah pahala kebaikan kita bersama.
Tapi saya mengingatkan, untuk tidak
terlalu murah, sekedar mensharenya membabi buta. Maen share begitu saja. Sebab
nantinya ia akan jadi barang yang “tidak berharga”. Kita-kita sering koq dapat
pelajaran-pelajaran berharga yang seliweran di Facebook dan di BB. Namun masya
Allah, kita-kita sering menjadikannya sampah. Sebabnya apa?
Sebabnya tidak ada perlakuan khusus. Jadi janganlah mensharenya begitu saja.
Bina lah yang dishare. Kalau perlu sharenya sedikit-sedikit. Dicicil. Saudara
mendapati materi demi materi berhalaman banyak. Jangan langsung dishare
semuanya. Sedikit-sedikit. Jangan sekali banyak, apalagi langsung sekian judul.
Nanti malah ga dibaca. Pelan-pelan. Sambil memastikan yang dikasih materi, yang
dibagi ilmu, mengikuti juga. Saya sendiri melarang berat Saudara sekedar
mengoleksi perkuliahan ini sebagai koleksi belaka. Sayang. Dipelajari betul.
Maka ketika saya meminta Saudara memasyarakatkan isinya, membagi isinya,
membagi ilmunya, tetap kondisikan sharing yang sifatnya personal. Man to man.
Perseorangan atau kelompok. Misalnya Saudara membuka forum diskusi untuk
kawan-kawan kantor, bahannya adalah bahan ajar di KuliahOnline ini atau
bahan-bahan dari OfflineClass. Lalu Saudara share ke mereka, agar dibaca
dulu. Syukur-syukur Saudara ajak mereka daftar secara resmi.
Adapun registrasi dan biaya yang muncul
akibat KuliahOnline ini, mudah-mudahan sebagaimana doa saya, ada keridhaan dari
Saudara-saudara semua sebagai sarana buat saya dan yang terlibat di
KuliahOnline ini mencari rizki yang halal dan sebagai dana untuk operasional
penyelenggaraan dan pengembangan KuliahOnline ini. Tapi sesiapa yang tiada
punya kemampuan untuk melakukan registrasi, atau ada hambatan-hambatan
teknologi, fisik dan keilmuan, maka kepada merekalah kita berbagi ilmu yang
sudah didapat ini dengan memperhatikan apa yang saya sarankan di atas. Sungguh,
insya Allah kita sama-sama berjuang agar keridhaan Allah betul-betul kita
dapatkan. Saudara ridha terhadap kami, dan kami ridha terhadap Saudara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar